AMBON, arikamedia.id – Dalam politik, yang lemah logika biasanya paling cepat tersinggung. Itu pula yang terjadi ketika Basyir Tuhepaly, seorang intelektual yang kredibilitasnya tak terbantahkan, mengkritik Rovik Akbar Afifudin, anggota Komisi III DPRD Provinsi Maluku, karena berbicara di luar tupoksinya.
Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Melati (Salah satu Dusun di desa Waisala) Kota Ambon Yandi Wagola mengatakan, kritik itu sederhana dan tepat, seorang anggota Komisi III, yang wilayah kerjanya adalah perencanaan pembangunan dan infrastruktur, seharusnya tidak memfokuskan diri pada isu-isu yang bukan ranah kerjanya seperti pengelolaan sampah dan air bersih.
Disebutkan, apalagi jika dilakukan tanpa pemahaman mendalam atau kontribusi nyata. Bicara soal isu penting, tapi di tempat yang salah, oleh orang yang salah. Ini bukan soal memperdebatkan kepedulian, tapi soal akurasi peran.
Menurutnya, seorang legislator bukan pengamat media sosial. Tidak bisa asal tunjuk isu lalu merasa sedang bekerja. Politik adalah disiplin tanggung jawab, bukan pertunjukan basa-basi.
“Respons balik dari pihak Rovik justru menunjukkan apa yang paling ditakutkan: tulisan defensif bertajuk “Menjawab Opini Basyir Tuhepaly: Menulis dengan Emosi, Mengabaikan Fakta,” yang tidak hanya gagal menangkap substansi kritik, tapi malah menggiring pembahasan ke ranah personal yang kering nalar,” tulisnya kepada arikamedia, Sabtu (19/04/25).