Bilik ini berfungsi sebagai tempat mengasingkan diri bagi kaum hawa yang akan melahirkan atau mendapat menstruasi pertamanya. Biasanya, wanita yang akan melahirkan dan mendapat haid pertama akan secara otomatis mengasingkan diri dari keluarganya dan menempati bilik tikusune hingga selesai masa haid dan telah melahirkan.

Setelah masa tersebut dilewati, kemudian mereka akan kembali ke rumah masing-masing dan keluarganya mengadakan pesta bagi kembalinya mereka ke keluarga. Dalam hal kepercayaan, Suku Naulu mempercayai adanya pencipta yang disebut Upu Kuanahatana. Sistem kepercayaan ini sebenarnya merupakan bagian dari animisme yang percaya pada kekuatan-kekuatan roh nenek moyang.
Mereka percaya bahwa roh-roh ini punya pengaruh besar dalam kehidupan manusia, sehingga layak untuk mereka sembah dan puja. Namun, dalam kependudukan Indonesia yang modern, kepercayaan Naulu ini dianggap sebagai agama Hindu. Suku Naulu adalah sepenggal contoh dari sekian ribu suku yang terdapat di Nusantara.
Kebudayaan ini merupakan sebuah kekayaan Indonesia yang harus dijaga bersama. Selain dijaga, kebudayaan ini harus tetap dikembangkan sehingga tetap mampu bertahan di antara terpaan budaya modern yang sangat deras. Paling tidak, generasi masa depan tetap mengenal adanya satu suku asli Maluku yang bernama Naulu.(*)