BeritaLifestyleUtama

Indonesia Negara Penghasil Sampah Plastik terbesar Di Dunia Setelah China

16
×

Indonesia Negara Penghasil Sampah Plastik terbesar Di Dunia Setelah China

Sebarkan artikel ini
Setiap tahun Indonesia menghasilkan 3,2 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola, dan 1,29 juta ton di antaranya berakhir di laut.(web)

JAKARTA, arikamedia.id – Indonesia punya prestasi yang buruk dalam hal pencemaran laut. Menurut data Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbesar kedua setelah China.

Setiap tahun Indonesia menghasilkan 3,2 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola, dan 1,29 juta ton di antaranya berakhir di laut.

Berikut adalah 5 negara penghasil sampah laut terbesar di dunia:

  1. China – 3,53 juta ton sampah 
  2. Indonesia – 1,29 juta ton sampah 
  3. Filipina – 1,90 juta ton sampah
  4. Vietnam – 1,80 juta ton sampah
  5. Sri Lanka – 1,60 juta ton sampah

Jika masalah sampah laut ini tidak diatasi, diperkirakan pada 2050 jumlah plastik di laut akan lebih banyak dari jumlah ikan. 

Baca Juga  Paslon Nomor Urut 3 Safitri – Hemfri Janji Akan Lakukan Perubahan di Bursel

Bahaya sampah plastik di laut

Keberadaan sampah plastik di laut punya banyak negatif, termasuk kerusakan ekologi, potensi ekonomi yang hilang dari sektor pariwisata, polusi mikroplastik yang bisa terkonsumsi manusia, hingga menyebabkan kecelakaan kapal, diberitakan CNBC Indonesia. 

Indonesia salah satu negara penghasil sampah laut terbesar di dunia. (website)

Kepala Peneliti Pusat Teknologi Kapal Hidrogen Universitas Nasional Pusan Kim Jeong-hyeon, mengatakan dalam setahun ada ratusan insiden kecelakaan kapal nelayan yang diakibatkan oleh sampah plastik. Umumnya, kecelakaan terjadi ketika sampah menyangkut di propeller yang mengganggu gerak kapal. 

Untuk mengatasi masalah ini, ia dan timnya di Hydrogen Ship Technology Center, Universitas Nasional Pusan menciptakan inovasi canggih berupa kapal pengelola sampah. Kapal ini mengangkut sampah laut hingga 5 ton per hari kemudian mengubahnya menjadi hidrogen, bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *