Indonesia jelasnya perlu strategi keluar dari jebakan “hampir miskin” dengan menciptakan jalur mobilitas ekonomi yang konkret. Salah satunya adalah dengan membangun koridor industrialisasi berbasis desa dan sektor pangan, seperti yang diterapkan negara-negara ASEAN lain.
Ia menyebut hilirisasi pertanian dan perikanan berbasis koperasi produktif bisa menjadi tulang punggung ekonomi baru yang mengangkat masyarakat miskin menjadi pelaku ekonomi riil.
“Bukan hanya soal membuka lapangan kerja, tapi bagaimana masyarakat desa punya kesempatan berproduksi dalam sistem yang jelas, mulai dari pasokan bahan baku, standar kualitas, hingga jaminan akses pasar. Tanpa itu, mustahil orang bisa naik kelas. Dan kita bicara soal naik kelas yang struktural, bukan sekadar statistik turun karena konsumsi naik,” katanya.
Dilansir dari Koran Jakarta, ia pun memandang perlu negara hadir menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi swasta yang inklusif. Penerapan skema shared value antara swasta dan komunitas lokal yang tidak hanya menguntungkan dari sisi bisnis, tapi juga meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat akar rumput.
“Pemerintah sebaiknya mulai mengubah orientasi dari sekadar melindungi masyarakat lewat bansos, menjadi fasilitator transformasi lewat ekosistem produksi lokal. Ini bisa dalam bentuk insentif fiskal bagi industri yang menyerap hasil tani lokal, atau insentif pajak bagi koperasi produktif,” katanya.