Kebanyakan yang diusung calon kepala daerah atau wakil kepala daerah perempuan, pencomotan perspektif ini akan menjauhkan dari substansi kepentingan perempuan yang semestinya tergambar dalam visi, misi, dan program. Visi, misi, dan program seharusnya memuat pemahaman yang baik atas persoalan kompleks dari berbagai isu yang dihadapi perempuan. Sehingga visi, misi, dan program ini dapat benar-benar menjawab kebutuhan serta mampu merespon tantangan yang khas dihadapi perempuan.
Karenanya Dei menyebut, parpol harus serius jika ingin majukan calon perempuan dalam Pilkada, harus mengusung kepentingan perempuan, jangan sampai platform dan ideologi partai mengenai kepentingan perempuan tidak tampak dalam pemilihan perempuan sebagai calon kepala dan wakil kepala daerah.
Dei menyatakan, hal ini makin mengukuhkan sifat pragmatis partai, partai tidak memilih kadernya sebagai calon kepala dan wakil kepala daerah berdasarkan pertimbangan ideologis memperjuangkan kepentingan perempuan, tapi partai lebih mementingkan pertimbangan popularitas dan elektabilitas calon.
Aktivis lainnya Frida menjelaskan, tantangan terhadap kepemimpinan perempuan muncul dari beragam pemangku kepentingan sejak pencalonan sampai masa kepemimpinannya. Tantangan terbesar berasal dari partai politik. Perempuan kepala daerah menunjukkan mampu melampaui tantangan tersebut dengan menegosiasikan identitas gendernya.
