Menurutnya, perempuan hendaknya tidak hanya menjadi pemanis dalam berkiprah di dunia politik terlebih keikutsertaannya mencalonkan diri pada pemilihan kepala daerah ataupun hanya menjadi pemilih yang punyai suara untuk diberikan pada saat hari pencoblosan.
“Jadilah pribadi cerdas untuk menuntun ke arah jalan kebaikan,” tulisnya, Senin (17/06/2024).
Sementara itu, salah seorang warga perempuan Ambon berpendapat tidak ingin memilih calon perempuan di Pilkada yang pernah terinidikasi korupsi. “Siapapun itu tidak akan katong (kami) pilih jika pernah terindikasi korupsi, sudah pakai uang rakyat sama saja dengan menyusahkan rakyat,” kata seorang ibu rumah tangga Aching Arwirano (55) warga Karang Panjang Ambon kepada arikamedia, Senin (17/06/2024).
Untuk Pilwalkot menurutnya, calon-calon walikota harus jeli memilih calon perempuan yang tepat jika ingin wakilnya perempuan. Jika punya resistensi dan pernah punya persoalan hukum jangan diambil nanti ke depan kota Ambon akan hancur berantakan.
Aktivis perempuan Dei Wihelmina dari Forum Pemberdayaan Perempuan mengatakan, bagi calon waki kepala daerah, jangan isu perempuan disematkan begitu saja dalam visi, misi, dan program yang diusung dengan mengabaikan substansinya.