Saidin menambahkan, dirinya tanya di ruang keluarga seberapa banyak ayah dan ibu menghabiskan waktu yang hangat dengan anak-anak, akhirnya yang membina yang mengasuh anak-anak kita dalam bentuk informasi adalah digital bayangkan kalau itu tidak bisa kita awasi dengan baik maka kita punya problem serius bagaimana generasi muda kita menatap kedepan dengan informasi yang seringkali bias dalam media.
Ditandaskan, jadi ini angka tidak besar bahkan kalau kita pecahkan lagi angka ini ada juga varian data tentang ada yang tidak membaca sama sekali tidak menonton video pendek tiktok atau berita terkait dengan narasi keagamaan tertentu tapi langsung di share. Jadi share-share tanpa membaca atau mengetahui sama sekali ada yang hanya membaca judul saja dan lain-lain, ini adalah medsos yang paling banyak di akses YouTube, FB dan TikTok.
Menurut Saidin, belakangan ini tren tiktok terus naik dan diperkirakan semakin tinggi, kemungkinan tiktok akan naik mengantikan FB karena penyebaran nya yang sangat masif. Bayangkan ini tidak ada nama-nama pendeta atau ustad lokal di Maluku lalu yang membina umat generasi muda di Maluku yang top di era digital.
”Ini sepertinya tantangan buat organisasi keagamaan di Maluku untuk segera mengambil momentum untuk masuk kedalam dunia digital, saya sempat bilang ke Gereja Protestan Maluku (GPM), saatnya GPM punya podcast, kampus punya podcast, sekolah punya banyak podcast, dan lain-lain karena kalau tidak para ustad, pendeta yang mengajarkan agama kepada generasi muda tidak memilih tempat sosiologis dan antropologis terkait dengan Maluku,” bebernya.










