Scroll untuk baca artikel
Link Banner
Link Banner
BeritaDaerahLINGKUNGANNasionalUtama

Kenapa Bank Sampah Berisiko Jadi Tempat Persinggahan Sampah?

3
×

Kenapa Bank Sampah Berisiko Jadi Tempat Persinggahan Sampah?

Sebarkan artikel ini
Proses pemilahan sampah di Bank Sampah Induk Kumala, Tanjung Priok, Jakarta, 13 Agustus 2025. Tempo/Defara

Ida–sapaan Djuraidah–mengaku yang berinisiatif membentuk Bank Sampah Mekar Sari lebih dari satu dekade lalu. “Waktu itu saya masih menjadi Ketua RT,” katanya lagi. Saat itu, pada 2014 silam, Ida menuturkan, hanya beberapa keluarga yang terlibat. “Kini jumlah anggota mencapai 346 kepala keluarga. Bahkan ada yang mengirimkan sampah dari luar wilayahnya lewat jasa kurir.”

Seiring waktu, Ida mengatakan, warga mulai terbiasa memilah sampah dari rumah. Hasilnya dicatat dalam buku tabungan—jumlah sampah dalam kilogram dan nominal uangnya. Sampah kemudian disetorkan oleh Bank Sampah Mekar Sari ke Bank Sampah Induk (BSI) di Menteng, yang menghubungkan langsung dengan vendor daur ulang atau perusahaan/industri, dilansir dari Tempo.co.

Di balik rutinitas dua mingguan yang sudah berjalan 11 tahun itu, Ida menuturkan, Mekar Sari terus bertahan berkat kerja sukarela para warga. Dia menyatakan, tak ada yang digaji. “Hanya modal semangat untuk memastikan sampah tak jadi beban lingkungan di sini, tapi malah bisa kembali bernilai,” kata Ida.

Baca Juga  Bank Sampah Jangan Jadi Persinggahan Sampah

Itu sebabnya, dia menambahkan, keberhasilan terbesarnya bukan pada jumlah tonase sampah yang bisa dipilah, melainkan perubahan kebiasaan warga. Bank sampah, menurutnya, bukan sekadar tempat mengumpulkan plastik dan kardus. Lebih daripada itu, dia percaya gerakan ini bisa menjadi jawaban atas masalah sampah kota.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *