Marion mengatakan, pemerintah tidak siap, sudah miliki aplikasi tapi tidak tahu mau buat apa dengan aplikasi yangsudah dibuat, pengembangannya maintenance. Banyak daerah di Maluku banyak yang tidak melihat manfaat aplikasi untuk peningatan PAD.
Selain para pakar Rudi Fofid sebagai Sastrawan dan juga jurnalis menyinggung soal lingkungan hidup ia menyatakan, bicara dengan air mata, karena air mata pahit dan berdarah. Lingkungan hidup adalah bagian dari kita semua. “Kita bilang kita mencintai bumi tapi setiap hari kita melukai bumi,” kata Rudi.
Ditambahkan, di Teluk Ambon sudah mengalami degradasi karena kontribusi dari kali dan dan sungai besar dari Galala sampai dengan Batu Gantung, sampah-sampah kita lihat seperti orang berbaris. Sungai-sungai sudah jadi tempat sampah.
“Kita tidak punya keteladanan. Kita terlalu memberikan harapan palsu, istilah-istilah ibu pertiwi, nusa ina, itu sangat kuat dan sentimentil tentang kampung halaman. Kita bisa mulai sama-sama dari bottom up dan top down,” tukasnya.
Sementara itu, Prof John Tetelepta bicara tentang daerah pesisir, Dr.Paulus Koretly bicara tentang sosial politik, Dr. Maryam Sangadji bicara tentang masalah ekonomi, dan Agus Widhiarsana dati PT Telkom bicara masalah telekomunikasi dan jaringan serta Dino Umahuk yang lebih banyak menyinggung tentang kesiapan daerah dengan pemimpin daerah baik Gubernur maupun Bupati dan Walikota. Umumnya mereka bicara tentang program penguatan ekosistim kemitraan untuk pengembangan inovasi berbasis potensi daerah di provinsi Maluku. (AM-29)