Sehubungan dengan momentum persiapan dokumen Second NDC, penting untuk memastikan saat ini, umat manusia tengah dihadapkan pada krisis iklim. Sebagai negara kepulauan di wilayah tropis, Indonesia menduduki peringkat negara ke-3 dengan kerentanan terhadap dampak perubahan iklim tertinggi di dunia (Bank Dunia, 2021).
Masyarakat di seluruh wilayah Indonesia semakin merasakan dampaknya, antara lain meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana hidrometeorologi seperti banjir, badai, kekeringan, karhutla dan bencana terkait cuaca ekstrem lainnya.
“Keterbukaan informasi dan pelibatan masyarakat yang inklusif guna menjaring masukan dari masyarakat sipil demi mendorong komitmen iklim yang berkeadilan. Oleh karena itu, MADANI Berkelanjutan bersama Yayasan PIKUL dan Yayasan Humanis menggelar kegiatan Ruang Dialog “Bersuara untuk Iklim: Mewujudkan Keadilan Iklim untuk yang Terpinggirkan” yang akan direncanakan berlangsung pada Kamis (04/07/2024).
Perubahan iklim juga meningkatkan potensi gagal panen, memperparah kerusakan terumbu karang dan ekosistem laut, hingga meningkatkan ancaman tenggelamnya pulau-pulau kecil dan daerah pesisir di Indonesia. Kelompok masyarakat yang rentan seperti masyarakat miskin, penyandang disabilitas, masyarakat adat, petani kecil, nelayan tradisional, masyarakat pesisir, perempuan, orang muda, anak-anak, lansia, dan buruh menghadapi ancaman yang lebih tinggi dan dampak yang lebih berat, termasuk hilangnya jiwa, tempat tinggal, hingga mata pencaharian.