“Jumlah sitaan paling banyak terjadi dalam rentang 2022 hingga 2024, saat itu bertepatan dengan upaya pembebasan pilot Susi Air yang ditawan KKB. Banyak persembunyian dan logistik mereka yang disita,” ujarnya.
TNI membantah melakukan jual beli senjata api kepada OPM. Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Hariyanto mengatakan informasi yang beredar untuk menjatuhkan wibawa prajurit militer.
“Saya sampaikan bahwa TNI tidak pernah menjual senjata kepada siapa pun, terlebih kepada OPM yang selama ini justru berseberangan dengan TNI,” kata Hariyanto.
Sedangkan, Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengaku salah satu cara mendapatkan senjata yakni dengan membelinya dari TNI. “Militer dan polisi Indonesia butuh uang, dan kami butuh senjata. Ini bukan hal yang baru terjadi,” kata Sebby kepada Tempo, melalui pesan singkat, Sabtu, 8 Maret 2025.
Sebby menyebut, kelompoknya telah membeli peluru dan senjata api sejak 2004 yang didapatkan dari anggota TNI yang bertugas di wilayah Papua. “Tahun 2004 itu sudah kami terima peluru-peluru dari anggota tentara aktif yang ada di semua pertahanan militer Indonesia di Jayapura, di Wamena, di Nabire, di mana-mana,” kata Sebby.
Dia meminta maaf kepada orang-orang yang mendukung penyelundupan senjata ke OPM setelah jaringannya terbongkar. Menurut Sebby, terbongkarnya penyelundupan senjata ini terjadi akibat kesalahan dari anggota TPNPB-OPM.