Mengerikannya, penindasan siber ini disebut ‘sangat lazim’ di sejumlah negara Eropa Timur, Irlandia, dan Inggris.
Perempuan vs Perempuan
Tidak hanya cyberbullying, Ike mengkritik stereotip gender benar ada nyatanya di media sosial. Mirisnya kerap kali yang menyudutkan perempuan adalah perempuan lainnya.
Padahal seharusnya ungkapan ‘women support women’ bukan menjadi kata-kata belaka di mana sesama perempuan seharusnya bisa saling mendukung.
Sama seperti laki-laki perempuan harusnya bisa menampilkan dirinya sendiri tanpa harus merasa dibatasi. Namun, kenyataannya malah mendapat stigma yang melemahkan.
“Stereotip yang sering muncul di medsos adalah perempuan mudah dilemahkan melalui tindakan pelecehan seksual secara online dan sering mendapatkan hinaan atau diskriminasi,” imbuhnya.
Istirahat Media Sosial
Lalu apa yang harus kita lakukan jika telah merasa tertekan di media sosial? Ike menyarankan istirahat dari platform tersebut untuk kesejahteraan mental.
Saran ini juga pernah dijelaskan oleh Profesor Psikologi, Jennifer Mills dari Universitas York, Inggris. Melalui studinya yang diunggah pada jurnal Body Image, Mills melakukan eksperimen tentang jeda media sosial kepada 66 mahasiswi tahun pertama di Universitas York.
Sebanyak 33 mahasiswi diminta untuk mengambil jeda atau beristirahat dari media sosial, sedangkan sisanya diperbolehkan memakai media sosial mereka seperti biasa selama satu minggu. Sebelum dan sesudah penelitian peserta diminta untuk menyelesaikan survei untuk mengetahui pengalaman mereka.