Perilaku yang sangat tidak terpuji yang diperlihatkan adalah menyerang perempuan rival politiknya dengan stigma negatif yang sangat merendahkan. Saya benar-benar tidak percaya ada sosok figure elit yang membawa dirinya masuk dalam kandidasi kepala daerah memiliki pikiran sekotor itu. Sorry to say bahwa dari pengalaman bergelut dengan berbagai kasus-kasus kekerasan seksual, biasanya pemilik otak sexist kotor seperti itu adalah mereka yang memiliki rekam jejak pelaku sexual harassment, yang merupakan salah satu bentuk kekerasan seksual. Rasanya saya tidak rela memberikan daerah saya dipimpin oleh manusia seperti itu.
Belum lagi calon kepala daerah yang punya rekam jejak hostile sexism sebagai pelaku kekerasan seksual, namun bisa luput dari jeratan hukum oleh karena kekuasaan dan kekuatan finansial yang dia miliki. Miris!
Saya menutup tulisan ini dengan memberikan catatan kritis, bahwa seluruh proses dan tahapan pemilu haruslah melahirkan pemimpin yang berkwalitas, termasuk tidak memiliki perilaku sexist. Sudah saatnya KPU menjadikan rekam jejak Seksisme ini sebagai syarat untuk penetapan Calon Kepala Daerah. Pintu masuknya ada pada Partai Politik. Sehingga mestinya Partai Politik memiliki standard tertinggi untuk mendapatkan figure yang tepat untuk diusung. Partai harus berani menutup pintu bagi mereka yang punya rekam jejak pelaku kekerasan seksual baik verbal maupun fisik, meskipun memiliki kekuatan secara finansial.