Dalam momentum Pilkada serentak di Maluku pun, perilaku Hostile Sexism pun muncul dari diri kandidat pemimpin daerah, baik yang terbuka di publik maupun yang tersembunyi dalam komunikasi-komunikasi antar personal dan antara tim kandidat.

Di ruang publik secara terbuka
Hostile Sexism terjadi di panggung yang super terhormat Debat Kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Maluku. Dimana pada closing statement salah satu pasangan kandidat muncul pernyataan “pilih yang di tengah, karna yang di tengah itu sadap” dan kemudian disambut tawa riang dan tepuk tangan audiens.
Hanya orang yang peka dan anti dengan sexism saja yang kemudian menangkap aroma busuk porno dan sexist di panggung resmi dan terhormatnya KPU Provinsi Maluku. Yang lain menganggapnya biasa saja, no problem, bahkan mendecak kagum.
Persoalannya di sini, bukan hanya tentang sesuatu yang melecehkan perempuan. Hal yang lebih serius adalah, calon kepala daerah mempertontonkan perilaku yang tidak patut bagi masyarakat, dan meninggalkan jejak normalisasi budaya becanda dengan menggunakan unsur atau aspek seksualitas seseorang. Bukan hanya perempuan. Laki-laki pun harusnya tersinggung dengan candaan yang tidak etis seperti itu.