Kata Takaria, sambil sumber daya pengelola keuangan Gereja di jemaat-jemaat perlu ditingkatkan, transparansi dan tanggungjawab pengelolaan keuangan mesti menjadi informasi yang terbuka bagi jemaat, sebagai salah satu cara untuk membangun kepercayaan jemaat dan sambil seluruh pendapingan pelayan terhadap umat perlu ditingkatkan dan dimaksimalkan dari waktu ke waktu.
Gaya hidup, cara pandang kita, tutur kata kita dia mesti jadi kekuatan moral sekaligus kekuatan etik yang membedakan kita sebagai Gereja dalam kehidupan bersama dan tanggungjawab dengan orang lain.
Isu krisis keluarga dalam aktivitas pembinaan keluarga menurutnya, telah menjadi serius untuk mendapat perhatian Gereja, pada Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia juga pada GPM. Isu krisis keluarga harus menjadi perhatian para pelayan secara bersama.
Lebih lanjut Takaria menyebutkan, kunci dari semua gerakan kembali ke dalam keluarga, sejauhmana aktivitas pembinaan Keluarga atau Binakel dan partisipasi kehadiran warga jemaat dalam semua bentuk kebaktian itu mendapat perhatian bersama.
Dia menambahkan, salah satu strategi untuk mendorong profil pelayan dalam pengelolaan pelayanan Gereja adalah penetapan program dan kegiatan penguatan kapasitas pelayan secara terencana berdasarkan kebutuhan pengembangan pelayanan di jemaat-jemaat. Aspek intervensi peningkatan pelayan peningkatan kapasitas diri dan kualitas pelayanan kepada umat.
