Dokumen tentang F-35, yang diberi judul “panduan pengguna”, telah banyak disunting. Banyak dari apa yang terbaca tampaknya merupakan pengetahuan umum. Seorang juru bicara Pentagon mengatakan kepada Newsweek bahwa informasi yang dipublikasikan di Telegram tersebut adalah “palsu”.
Tidak jelas apakah Pentagon atau Departemen Pertahanan AS telah memeriksa seluruh cache dari file yang dipublikasikan. “Kami mengetahui laporan tersebut dan memiliki kebijakan serta prosedur untuk memitigasi ancaman dunia maya terhadap bisnis kami,” imbuh pihak juru bicara Lockheed Martin kepada Newsweek dalam sebuah pernyataan, Jumat (12/7/2024).
“Kami tetap yakin dengan integritas sistem informasi dan keamanan data kami yang kuat dan berlapis-lapis.” Dokumen lain, yang diberi label sebagai karya yang tidak dipublikasikan dan dilindungi hak cipta oleh perusahaan pertahanan Raytheon yang berbasis di AS pada tahun 2015, tampaknya memberikan rincian tentang bom GBU-50 Enhanced Paveway II.
Raytheon menolak berkomentar. Salah satu pakar keamanan siber China, yang dikenal sebagai Tang, berbicara kepada SCMP, mengatakan bahwa “sebagian besar konten tersebut tampaknya sangat autentik.” Kebocoran materi militer, tergantung pada tingkat klasifikasi dan keasliannya, dapat berdampak besar bagi pemerintahan dan militer suatu negara.










