“Yang surgawi, yang duniawi dan yang bawah tanah, dan segala lidah mengaku (kepada Yesus Kristus),” teks itu menyimpulkan.
Prasasti yang ditulis dalam bahasa Latin ini membutuhkan waktu beberapa minggu untuk diuraikan karena kondisinya yang sudah rusak. Para arkeolog perlu “membuka gulungan” kertas perak tersebut secara digital, yang telah kusut selama sekitar 1.800 tahun.
Dengan menggunakan tomografi terkomputasi dan peralatan teknologi canggih, teks tersebut akhirnya berhasil didekripsi pada bulan Mei. Kemudian, teks tersebut diterjemahkan selama kurun waktu yang panjang.
ARKEOLOG MENEMUKAN SALAH SATU GEREJA KRISTEN TERTUA DI DUNIA

“Kadang butuh waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, bagi saya untuk mendapatkan ide berikutnya,” kata profesor Universitas Goethe Markus Scholz tentang proses penerjemahan. “Saya mendatangkan para ahli dari sejarah teologi, dan lain-lain, dan sedikit demi sedikit kami membahas teks itu bersama-sama dan akhirnya menguraikannya.”
Scholz menambahkan bahwa prasasti itu “sangat canggih” dan menyebut penulisnya sebagai “seorang penulis yang terperinci.”
“Tidak biasa kalau prasasti itu sepenuhnya berbahasa Latin,” kata Scholz. “Ini tidak biasa untuk zaman ini. Prasasti semacam itu biasanya ditulis dalam jimat berbahasa Yunani atau Ibrani.”