Tanam Sasi, adalah upacara adat kematian Suku Marind, yang menggambarkan rasa duka. Mama Sinta merasakan banyak kehilangan.
“Kami rasa kehilangan dusun, kehilangan makan minum, kehilangan hewan-hewan yang ada di hutan kami.”
Mama Sinta bilang, proyek cetak sawah bahkan masuk ke area sakral di kampungnya.
Analisis tumpang susun Yayasan Pusaka Bentala Rakyat atas peta kawasan hutan, peta administratif dan, peta tempat penting masyarakat adat di Merauke, serta laporan warga, mendapati bahwa tapak pembangunan ada pada kawasan hutan adat dan tempat penting yang bernilai konservasi tinggi.
Beberapa di antara tempat keramat dan jalur leluhur, dusun pangan, tempat berburu, dan areal konservasi tradisional.
“Sebelumnya ada perusahaan-perusahaan lain, dan banyak perusahaan yang gagal [di Merauke]. Hanya merusak alam saja, ditinggalkan begitu,” keresahan lain diutarakan Romo Pius Cornelius Manu.
Romo Pius tinggal di Kampung Padua, Distrik Kimaam. Sementara Mama Sinta di Kampung Wanam, Distrik Ilwayab.
Kampung-kampung mereka termasuk dalam kluster PSN cetak sawah di Merauke.
Kedua daerah itu dipisahkan oleh Selat Mariana. Di wilayah perairan itulah, kapal tongkang yang mengangkut alat-alat berat kemudian masuk ke kampung-kampung mereka.