BeritaDaerahEkonomiLINGKUNGANNasionalSeni & BudayaSOSIALTNI dan POLRIUtama

Militer dilibatkan dalam proyek Food Estate di Merauke, masyarakat adat ‘ketakutan’ – ‘Kehadiran tentara begitu besar seperti zona perang’

19
×

Militer dilibatkan dalam proyek Food Estate di Merauke, masyarakat adat ‘ketakutan’ – ‘Kehadiran tentara begitu besar seperti zona perang’

Sebarkan artikel ini
“Kami cuma mau sampaikan, [kehadiran] perusahaan [di Merauke] kami tolak. Karena dia masuk tanpa izin [dengan] kami tuan-tuan dusun," kata Yasinta Moiwend (kanan), warga Merauke dari Suku Marind Kondo Digul.(nurika manan).

Tanam Sasi, adalah upacara adat kematian Suku Marind, yang menggambarkan rasa duka. Mama Sinta merasakan banyak kehilangan.

Pada Juli 2024 telah didatangkan alat-alat berat ke Merauke, Papua Selatan, untuk kepentingan PSN cetak sawah serta pengembangan perkebunan tebu dan bioetanol.(YAYASAN pusaka).

“Kami rasa kehilangan dusun, kehilangan makan minum, kehilangan hewan-hewan yang ada di hutan kami.”

Mama Sinta bilang, proyek cetak sawah bahkan masuk ke area sakral di kampungnya.

Analisis tumpang susun Yayasan Pusaka Bentala Rakyat atas peta kawasan hutan, peta administratif dan, peta tempat penting masyarakat adat di Merauke, serta laporan warga, mendapati bahwa tapak pembangunan ada pada kawasan hutan adat dan tempat penting yang bernilai konservasi tinggi.

Beberapa di antara tempat keramat dan jalur leluhur, dusun pangan, tempat berburu, dan areal konservasi tradisional.

Baca Juga  Etiga Mobility Indonesia Buka Pabrik Baru di Cikarang, Siap Kurangi Emisi Karbon
Mama Sinta (atas) dan kelompok masyarakat adat telah berulang kali menggelar demonstrasi, mempertanyakan proyek itu ke kepala daerah, Majelis Rakyat Papua Selatan, DPR Kabupaten Merauke, hingga Keuskupan Agung Merauke. Tapi suara mereka membal.(nurika manan).

“Sebelumnya ada perusahaan-perusahaan lain, dan banyak perusahaan yang gagal [di Merauke]. Hanya merusak alam saja, ditinggalkan begitu,” keresahan lain diutarakan Romo Pius Cornelius Manu.

Romo Pius tinggal di Kampung Padua, Distrik Kimaam. Sementara Mama Sinta di Kampung Wanam, Distrik Ilwayab.

Kampung-kampung mereka termasuk dalam kluster PSN cetak sawah di Merauke.

Kedua daerah itu dipisahkan oleh Selat Mariana. Di wilayah perairan itulah, kapal tongkang yang mengangkut alat-alat berat kemudian masuk ke kampung-kampung mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *