Kariernya terus menanjak. Doa Bung Karno mulai menunjukkan wujudnya.
Doa yang Menjadi Kenyataan
Kilau perjalanan Luhut mencapai titik penting saat ia dipercaya menjadi Duta Besar RI Berkuasa Penuh untuk Singapura pada era Presiden B.J. Habibie. Pintu itu membuka langkah-langkah berikutnya: Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada masa Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Ketika dilantik menjadi menteri, sang ibunda berbisik penuh haru:
> “Akhirnya kau jadi menteri juga, Luhut.”
Dan saat itu, memori tentang usapan kepala Bung Karno kembali terngiang.
Antara Loyalitas dan Prinsip
Setelah satu tahun menjabat, Luhut harus meninggalkan kursinya karena Presiden Gus Dur lengser. Ia sempat ditawari masuk kabinet Presiden Megawati Soekarnoputri, tetapi menolaknya:
> “Karena saya solider dan hormat kepada Gus Dur.”
Sikap seorang ksatria.
Melayani Lagi, Untuk Negeri
Pada masa pemerintahan berikutnya, Luhut memilih fokus membangun bisnis. Namun takdir kembali memanggil. Di era Presiden Joko Widodo, Luhut kembali ke pemerintahan dan kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia.
Dan terbukti sudah: Sebuah usapan kepala pada hari yang jauh di masa lalu, telah menjadi garis besar perjalanan seorang anak bangsa.










