Tetapi juga mendorong majunya perekonomian di desa yang mencakup pengembangan UMKM, didirikannya souvenir center, menyusun paket-paket bagi para turis untuk melihat atraksi yang disediakan hingga ketersediaan homestay yang ramah, aman dan nyaman untuk ditinggali.
Sari menekankan semuanya harus disiapkan terutama dari sisi CHSE, higienitas hingga hospitality-nya.
“Kesiapan destinasi yang ditunjang oleh program lintas SKPD, lintas stake holders untuk membangun desa wisata, jadi tidak bisa langsung juara terbaik. Sehingga ketika orang datang, masyarakat tidak memahami atau literasi baik soal pariwisata ini yang kita khawatirkan,” ujar dia.
Sari menyebut blue print tersebut juga harus dipastikan memiliki standar dan tesertifikasi. Dengan demikian, para turis akan mengeluarkan dana yang lebih banyak dan mendorong adanya minat untuk tinggal lebih lama.
“Dampaknya pasti menjadi list terutama dia (turis) mencari local experience, semakin lama generasi terutama generasi Z sekarang cari local experience. Survei membuktikan generasi semakin lama semakin ingin berbaur dengan lokal, ingin menjadi bagian dari kelokalan tersebut,” ucap dia.
Sebelumnya, Desa Wisata Jatiluwih di Bali dan Desa Wisata Wukirsari di Yogyakarta telah meraih penghargaan “Best Tourism Villages UN Tourism 2024”.














