Maspaitella mengucapakan terima kasih kepada penatua dan diaken masa bakti 2020-2025 yang telah menjalankan tugas dengan baik hingga penghujung periodesasi.
Diakuinya mereka memiliki keistimewaan tertentu, sebab melayani tepat di saat seluruh dunia dimaklumkan mengalami pandemic covid-19, artinya ada hal yang luar biasa di waktu itu, seiring dilarangnya aktifitas bersama dan dalam satu ruangan, karena pertemuan orang bisa menjadi cluster baru pandemic. Gereja-gereja di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dan GPM, mengambil langkah yang sebenarnya turut mengubah pandangan teologi Gereja, yakni melaksanakan ibadah di rumah.
Menurut Maspaitella, walaupun dalam teologi GPM, rumah adalah juga Bait Allah atau Jemaat pertama dan “gereja kecil”, tetapi harus jujur bahwa umumnya umat menghendaki ibadah dilaksanakan di dalam rumah Gereja, sebagai “Rumah Tuhan.
“Namun oleh hikmat Roh Kudus, GPM memutuskan melaksanakan Perjamuan Kudus dengan pelayanan ke setiap rumah warga Gereja, dimana saat itu pelayan khusus menjadi pelaksananya, dan GPM dapat merayakan Perjamuan Kudus di Jumat Agung dalam masa pandemic dan itu menjadi model sampai saat ini,” ceritanya.
Maspaitella mendoakan agar semua jemaat terus bertumbuh dalam iman dan melalui pelayanan Penatua dan Diaken baru, iman itu semakin hidup.(AM-29)