Oleh: Nafsia Tanama, S.Pd., M.Pd. Fungsionaris Badan Riset Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota Ambon
DALAM sejarah pergerakan dan pengabdian, akan selalu ada satu nama yang merepresentasikan harapan dan keteguhan. Bagi perempuan di Maluku, sosok itu adalah Ely Toisutta.
Ia bukan hanya seorang perempuan, tetapi simbol kekuatan, keberanian, dan konsistensi dalam menembus batasan sosial serta tantangan zaman.
Dalam setiap langkahnya, Ely Toisutta membuktikan bahwa perempuan bukan sekadar pelengkap dalam ruang publik, melainkan penentu arah dan penggerak perubahan.
Ely Toisutta lahir dengan semangat juang yang diwarisi dari akar budayanya dan diperkuat oleh nilai-nilai keimanan serta pendidikan. Ia tumbuh dalam situasi yang tidak selalu ideal bagi seorang perempuan.
Namun, dari ketidakidealan itulah ia menempa diri, menapaki jalan terjal dengan keberanian dan keteguhan hati. Ia menunjukkan bahwa perempuan tidak boleh menyerah pada keadaan, tetapi justru harus menjadikan keadaan itu sebagai ruang untuk tumbuh.
Di tengah masyarakat yang masih memelihara berbagai bentuk diskriminasi dan stereotip terhadap perempuan, Ely Toisutta hadir sebagai narasi tandingan.
Ia menolak untuk dibatasi oleh pandangan sempit dan memilih untuk membuktikan diri melalui karya, kepemimpinan, dan integritas. Ia menjadi contoh bahwa perempuan bisa menjadi cerdas tanpa kehilangan kelembutan, tegas tanpa kehilangan kasih, dan kuat tanpa menghilangkan keanggunannya.