Alasan mendasarnya adalah ratusan anak Indonesia sekolah di Inggris, yang dari Maluku mungkin 5 tahun baru satu orang dikirim ke Inggris, jadi scholarship ada cuma anak-anak efeel Bahasa Inggrisnya, padaha efellnya di Conversation.
Padaha menurutnya 70 ribu orang Maluku di Belanda, di Inggrsi mungkin 100-an, kenapa? Dari pada bayar orang less Bahasa Inggris, minimal anak-anak Maluku di luar negeri bisa berkontribusi dan mereka bisa merasa berbicara langsung dengan saudaranya.
“Memang 90% Bahasa Inggris, tapi ada juga Bahasa Jerman, Bahasa Perancis, Bahasa Belanda, kita ajarkan,” kata Jeff yang menetap di Inggris ini.
Diakui dari segi bisnis juga ada karena mereka menyediakan peralatan untuk membuat kopi, pakaian, yang penting break event anak-anak bisa dibayar gajinya, bukan cari profit. Lebih ke enterpreuner, dan cafe edukasi.
Sementara itu Representatif dari Bahasa Basudara, Reza Syaranamual mengaku, bahwa dirinya bersam istri usi Hill, dan bung Jeff bersama-sama memikirkan bagaimana kalau cuma memberikan les Bahasa Inggris secara online dan gratis rasanya tidak cukup, yang dibutuhkan itu praktice English.
“Diskusi panjang dengan beberapa teman, kemudian bung Jeff dan kami sepakat harus buka cafe karena di Ambon banyak rumah kopi. Tapi Cafe yang kita punya dia tidak money oriented. Kita berpikir cafe untuk comunity cafe tapi lebih jauh dari itu dia harus jadi cafe edukasi. Kenapa Comunity karena diharapkan yang datang ke Cafe adalah comunity yang coba Bahasa Inggris,” tutur Reza.