“Itu dari 2018, 2019, 2020 sudah dihitung, sudah diverifikasi UN. Ini kita bisa dapat sesuatu, menawarkan pada dunia kurang lebih 577 juta ton karbon dioksida. Itu untuk tiga tahun. Terus sedang dihitung sekarang untuk 2021–2023, kurang lebih 600 juta ton. Jadi ini nanti akan ditawarkan Pak Menteri pada dunia internasional,” kata Hashim.
Menurut Hashim, karbon tersebut bisa dihargai minimal 10 dolar AS per ton. Jika dikalkulasi, angkanya bisa mencapai kurang lebih Rp190 triliun yang akan jadi potensi tambahan pendapatan negara di luar APBN.
Bakal Gandeng Jepang Turunkan Emisi Karbon
Sementara, Menteri Lingkungan Hidup (MenLH) Hanif Faisol Nurofiq menjelaskan bahwa fokus diplomasi Indonesia di COP29 adalah menunjukkan capaian yang diraih terkait upaya penurunan emisi gas rumah kaca. Sejumlah artikel dari Paris Agreement sedang diupayakan Hashim untuk disetujui pemerintah.

“Kalau itu nanti dieksekusi, (Indonesia) jadi satu-satunya negara yang telah mengimplementasikan Paris Agreement di Artikel 6. Jadi, belum ada yang lain,” kata Hanif.
Artikel 6 yang dimaksud adalah memungkinkan negara-negara untuk secara sukarela bekerja sama satu sama lain untuk mencapai target pengurangan emisi yang ditetapkan dalam Nationaly Determined Contribution (NDC) mereka. Hal itu bertujuan mendukung upaya mencegah kenaikan suhu bumi 1,5 derajat Celcius.