Scroll untuk baca artikel
Link Banner
Link Banner
BeritaHukum & KriminalInternasionalNasionalUtama

WNI divonis tujuh tahun penjara oleh pengadilan Myanmar karena bertemu kelompok bersenjata – Mengapa ada ribuan ‘milisi pemberontak’ di Myanmar?

13
×

WNI divonis tujuh tahun penjara oleh pengadilan Myanmar karena bertemu kelompok bersenjata – Mengapa ada ribuan ‘milisi pemberontak’ di Myanmar?

Sebarkan artikel ini
Sejumlah anggota Organisasi Pertahanan Nasional Karen dipotret Mei 2022 di perbatasan Thailand-Myanmar. Kelompok ini dicap sebagai pemberontak oleh pemerintah junta militer Myanmar – GETTY IMAGES/SOMRERK KOSOLWITTHAYANANT

Setelah beberapa dekade dikuasai pemerintah junta dan mengalami penindasan brutal, kelompok-kelompok etnik bersama dengan pasukan pemberontak melakukan perlawanan yang membuat kekuasaan junta melemah.

Dua pertiga negara bagian telah jatuh ke tangan gerakan perlawanan.Perang saudara tersebut juga memakan korban jiwa.

Sejak kudeta militer pada 2021, konflik telah menewaskan puluhan ribu orang, termasuk anak-anak.

Kudeta itu memicu protes besar-besaran dari masyarakat sipil. Ribuan orang turun ke jalan setiap hari menuntut pemerintahan sipil kembali memerintah negara.

Aksi yang mulanya dianggap sebagai aksi pembangkangan sipil segera berkembang menjadi pemberontakan yang meluas dan melibatkan kelompok pro-demokrasi serta pemberontak etnis—yang akhirnya memicu perang saudara.

Empat tahun kemudian, pertempuran sengit terus berlanjut antara militer di satu sisi, serta kelompok etnis dan kelompok perlawanan bersenjata di sisi lain.

Baca Juga  Prabowo Tunggu Penjelasan KPK untuk Tentukan Nasib Wamenaker Immanuel Ebenezer

Junta militer yang telah mengalami kekalahan terus-menerus nan memalukan serta kehilangan sebagian besar wilayah, semakin mengandalkan serangan udara untuk menghancurkan perlawanan terhadap kekuasaan mereka.

Ketika gempa bumi berkekuatan 7,7 skala richter mengguncang Myanmar pada April lalu, pemerintahan junta terus melancarkan serangan udara ke beberapa negara yang menyasar kelompok pemberontak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *