“APBN tetap fleksibel sebagai instrumen penting dalam menjaga kinerja ekonomi serta mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Sri Mul.
Hal senada disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Dia mengatakan, Pemerintah akan terus memonitor dinamika ekonomi global yang terus mengalami perubahan, salah satunya terkait kebijakan tarif Trump.
Airlangga menegaskan Indonesia tetap berada dalam posisi yang baik di tengah meningkatnya risiko resesi di berbagai negara. Mengutip data Bloomberg per Februari 2025, probabilitas resesi Indonesia tercatat kurang dari 5 persen, jauh lebih rendah dibandingkan Meksiko (38 persen), Kanada (35 persen), dan Amerika Serikat (25 persen).
Airlangga menekankan, dengan fondasi ekonomi yang solid, diversifikasi mitra dagang, serta hilirisasi yang terus diperkuat, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjaga stabilitas dan daya saingnya di tengah ketidakpastian global.
“Tentu diperlukan komitmen dan sinergi dari semua pihak untuk terus membangun fundamental ekonomi yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan,” ujar Airlangga.
Airlangga menyampaikan, pemerintah akan memanfaatkan momentum Hari Raya Idul Fitri 2025 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Berbagai program telah disiapkan untuk menyambut Lebaran, mulai dari sektor pariwisata, transportasi, hingga insentif bagi masyarakat.