“Maksud saya, saya bisa menjadi orang bodoh yang mengatakan, ‘Tidak, kami tidak menginginkan pesawat terbang gratis yang sangat mahal’,” kata Trump, dikutip dari Sindo News.com.
Presiden dari Partai Republik itu mengaitkan tawaran itu dengan rasa terima kasih atas bantuan AS dalam membela negara-negara di kawasan itu, termasuk Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab—semua tempat yang menjadi bagian dari rencana kunjungannya minggu ini.
Trump juga mengatakan bahwa menerima tawaran itu adalah keputusan yang praktis, dan bahwa dia kecewa karena Boeing membutuhkan waktu yang lama untuk mengirimkan pesawat Air Force One baru yang dipesannya selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden.
Para pengkritik mengatakan bahwa tawaran itu tidak etis dan mungkin tidak konstitusional. Para Senator Partai Demokrat; Brian Schatz, Chris Murphy, Cory Booker, dan Chris Coons mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penerimaan Trump atas hadiah semacam itu akan menciptakan konflik kepentingan yang jelas, menimbulkan pertanyaan keamanan nasional yang serius, dan mengundang pengaruh asing.
Anggota Parlemen AS Joe Courtney dari Connecticut mengatakan bahwa tawaran itu akan mengalihkan perhatian dari upaya Angkatan Udara untuk mempercepat pengiriman armada Air Force One baru yang sebenarnya. Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan rincian hukum seputar sumbangan ke Departemen Pertahanan masih digodok dan pemerintahan Trump tidak khawatir tentang apa yang mungkin diminta Qatar sebagai balasannya. (**)