Menurutnya, ancaman terhadap jurnalis mayoritas berasal dari aparat negara dan organisasi masyarakat (ormas).
Secara rinci, responden jurnalis mengidentifikasi potensi ancaman terbesar dinilai berasal dari ormas dengan persentase 29%, diikuti oleh negara melalui aparat kepolisian sebesar 26%.
Selanjutnya, pejabat pemerintah menjadi sumber ancaman bagi 22% jurnalis, sementara aktor politik menyumbang 14% ancaman.
Terbaru, Pemimpin Redaksi (Pemred) Floresa, Herry Kabut ditangkap aparat pada Rabu (02/10/2024) siang saat meliput aksi unjuk rasa penolakan proyek Geothermal di Poco Leok, Kabupaten Manggarai.
Hingga pukul 15.00 Wita, Herry masih berada di dalam mobil aparat bersama beberapa warga. Floresa berupaya memverifikasi jumlah pasti warga yang ditangkap.
Kehadiran Herry di Poco Leok semata bertujuan untuk meliput aksi protes warga yang sejak sehari sebelumnya terlibat konfrontasi dengan pemerintah dan PT PLN.
Menurut salah seorang warga, Herry tiba-tiba ditarik oleh aparat begitu tiba di lokasi. Ia kemudian “dipukul saat hendak masuk ke dalam mobil.”
“Sejumlah warga mencoba merekam video dan foto saat penangkapan, namun dihalangi aparat,” tulis Floresa dalam keterangan yang diterima PARBOBOA, Rabu (02/10/2024).