BeritaDaerahInternasionalNasionalSeni & BudayaUtama

Stigma-Stigma Seringkali Disandangkan Agamawan kepada Masyarakat Adat

17
×

Stigma-Stigma Seringkali Disandangkan Agamawan kepada Masyarakat Adat

Sebarkan artikel ini
Pdt. Jimmy Sormin, Sekretaris Eksekutif bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Wakil Komnas Perempuan Dra.Olivia Latuconsina,MP

Olivia Latuconsina : Perempuan Adat Sering Jadi Korban

AMBON, arikamedia.id – Kafir, sesat, dan tidak beradab adalah stigma-stigma yang kerap disandangkan kalangan agamawan kepada masyarakat adat. Kebencian dan penyingkiran masyarakat adat dilakukan bertahun-tahun oleh kalangan agamawan.

Dakwah dan kristenisasi atau penginjilan bukan satu-satunya sumber penyingkiran yang dilakukan agamawan terhadap masyarakat adat. Agamawan kerap memihak kepada mereka yang menyumbang lebih banyak serta mengabaikan kerusakan lingkungan dan penyerobotan lahan yang dilakukan para penyumbang (donatur).

Gugatan-gugatan ini muncul dari kalangan masyarakat adat dan para pemeluk agama leluhur dalam beberapa kelas pada The 6th International Conference on Indigenous Religion (ICIR 6), 23-24 Oktober 2024, di Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon, Maluku.

Baca Juga  KPU Maluku Telah Meminta Dukcapil di 11 Kabupaten Kota Terbitkan Biodata Kependudukan Sebagai Syarat Coblos

Merspon hal tersebut, Pdt. Jimmy Sormin, Sekretaris Eksekutif bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyampaikan perkembangan dari kalangan agamawan yang kemudian membangun gerakan bernama Interfaith Rainforest yang diinisiasi PGI.

“Perlu melakukan pertobatan kelompok-kelompok keagamaan, karena selama ini masyarakat adat menjadi objek penginjilan atau dakwah,” tegas Jimmy (24/10/2024).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *