Ummu Syahidah : Dosen Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Ambon
DUNIA MAKIN canggih. Berkah ilmu pengetahuan dan teknologi hadir laksana mujizat. Dengan gawai di tangan, dunia bagai dalam genggaman. Segala hal menjadi terhubung, mudah, dan cepat. Dalam situasi inilah, lahir Generasi Z (Gen Z) sebagai digital native. Sayangnya, anak-anak milenial yang manis ini punya kelemahan. Mereka rapuh bagai strowberry karena minim soft skill (ketrampilan lunak) walau unggul hard skill (ketrampilan keras). Nah, apa kontribusi perguruan tinggi vokasi (PTV) untuk memecahkan ironi ini?
Telah menjadi tujuan pemerintah bahwa PTV diharapkan menghasilkan lulusan yang siap mengisi kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Oleh karena itu, proses pendidikan di PTV sejak awal difokuskan pada kesiapan mencapai tujuan tersebut. Fokus ada pada pengembangan hard skill dan soft skill mahasiswa sesuai keahlian jurusan dan tuntutan mitra DUDI. Penguasaan hard skill memungkinkan adanya kemampuan teknis dan pengetahuan lulusan PTV agar bisa bekerja di DUDI. Pada saat yang sama, soft skill berupa kecakapan psikologis dalam menghadapi tantangan kehidupan sangat diperlukan untuk menopang keberhasilan dalam bekerja.
Ternyata, realitas PTV tidak seideal itu. Proses pendidikan PTV cenderung lebih menekankan penguatan hard skill daripada soft skill. Lihat saja pada berbagai lembaga PTV, praktik atau pelatihan hard skill sangat dominan. Kecenderungan pada hard skill dapat menghasilkan lulusan PTV yang kurang mumpuni untuk menghadapi tuntutan dan tantangan zaman. Itulah konsekuensi jika soft skill tidak diasah, maka Gen Z kian rapuh.
