Dikatakan, sah saja kalau dibilang Unpatti menjual hak kesulungan dan melecehkan orang-orang Maluku yang banyak berjasa bagi bangsa dan negara di berbagai multievent olahraga Nasional dan internasional.
“Pertanyaan sederhana apa sumbangsih nyata atau kontribusi Bahlil bagi kemajuan olahraga Maluku selama ini. Pendekatan ini bukan soal like and dislike tapi semua hal mesti ditempatkan di porsi yang benar,” kata Samloy.
Menurutnya, banyak sekali nama-nama pesohor olahraga asal atau berdarah Maluku yang layak disematkan nama mereka di gedung Sport Center Unpatti. Sebut saja Wiem Gommies yang dua kali juara tinju Asian Games di Thailand 1972 dan 1979.
Ada Elyas Pical yang juara tinju dunia pertama dari Indonesia. Ada Caroline Rieuwpassa, Irene Joseph, Ema Tahapary di cabang atletik. Ada Rony Pattinasarany, Bertje Matulapelwa, Rochy Poetiray dll di sepakbola.
Sambung Samloy yang juga seorang jurnalis ini, banyaklah nama-nama olahraga Maluku yang nama mereka lebih rasional dan elok ditaruh di gedung Sport Center Unpatti. Cara-cara pejabat Unpatti menggunakan nama Bahlil jauh lebih memalukan dari demo yang dilakukan adik-adik HMI Ambon.
“Saya salut untuk adik-adik HMI Ambon. Tak ada suara dari OKP-OKP kelompok Cipayung lain. Metode ini nyaris sama dengan kebiasaan pejabat Maluku memberikan gelar adat ke orang luar Maluku,” pungkasnya.