“Kita datang ke sini bukan sebagai pribadi, melainkan sebagai penjaga negeri, penjaga adat, dan pewaris amanah leluhur. Kita duduk, berbicara, dan memutuskan dengan satu hati, karena kita sadar bahwa jika tali gandong putus, negeri akan kehilangan arah. Jika pela retak, manusia akan kehilangan harga diri,” ujarnya.
Menurutnya wadah ini adalah alat perjuangan untuk mengangkat martabat anak negeri, menata kembali kekuatan adat, menjaga hak ulayat dan laut adat, memperkuat generasi muda agar tidak kehilangan akal dan akar, serta menjadikan Jazirah sebagai kekuatan budaya, sejarah, dan peradaban.
Ia juga mengajak seluruh masyarakat untuk meninggalkan segala perbedaan dan berjalan bersama dalam satu tujuan. Jazirah harus menjadi satu tubuh, satu adat, satu sejarah, satu langkah, dan satu masa depan.
“Mari kita tanamkan dalam diri generasi muda bahwa mereka adalah anak negeri yang besar, bukan hanya penonton di tanah sendiri, mari kita satukan langkah dalam semboyan kebanggaan kita: Lawa Lete Hetu Jazirah membangun Jazirah dalam semangat persatuan anak negeri,” pungkasnya.
Kombes Pol Hujrah Soumena, Dir Binmas Polda Maluku yang juga merupakan bagian dari keluarga besar Jazirah, menyatakan komitmennya untuk mendukung penuh kemajuan Jazirah.










