Begitu pula dengan inisiatif warga yang telah berhasil dilakukan bisa segera diduplikasi oleh komponen masyarakat lainnya, lalu dijalankan dengan konsisten dan sungguh-sungguh, bukan sekadar panjat sosial. Misalnya oleh Klasis Gereja Protestan Maluku (GPM) Lease, yang tercatat telah menjadikan sampah sebagai isu utama pelayanan.
Mereka juga kerjasama dengan sejumlah stakeholders, termasuk dengan perguruan tinggi dalam memberikan edukasi melalui sekolah-sekolah dan jemaat-jemaat. Upaya yang belakangan mulai terlihat hasilnya, ditandai dari evaluasi yang dilakukan, distribusi air mineral kemasan khususnya ke Saparua menurun drastis karena tingkat permintaan yang rendah.
Ini terjadi karena gereja menganjurkan agar semua even gerejawi tidak lagi menggunakan minuman kemasan. Sehingga bila inisiatif serta upaya dari Klasis GPM Lease ini mau diduplikasi, ditambah inovasi lainnya yang relevan, terutama atau dimulai oleh lembaga-lembaga keagamaan dan pendidikan, institusi pemerintah dan swasta, termasuk organisasi masyarakat sipil, pengaruhnya pasti signifikan.
Itu artinya, bila pemerintah di daerah mau bersungguh-sungguh. Termasuk mencontoh daerah lain yang sukses mengendalikan dan mengelola sampah, serta masyarakat sipil mau bergerak bersama mengurangi penggunaan plastik, memilah sampah sesuai jenis, dan melakukan edukasi guna meningkatkan kesadaran bersama, ada harapan sampah plastik bisa dikendalikan dan diminimalkan.