Dibandingkan dengan 12 bulan yang lalu, apalagi tahun-tahun sebelumnya, suasana di Tiongkok suram.
Meskipun produksi industri meningkat pada bulan Maret, konsumen mengalami depresi, deflasi mengintai dan banyak pengusaha yang kecewa.
Di balik kekhawatiran tersebut terdapat ketakutan yang lebih dalam terhadap kerentanan Tiongkok. Negara ini diperkirakan akan kehilangan 20% tenaga kerjanya pada tahun 2050.
Krisis di industri properti, yang menyumbang seperlima PDB, akan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk memperbaikinya. Hal ini akan merugikan pemerintah daerah yang kekurangan uang dan mengandalkan penjualan tanah untuk memperoleh pendapatan dan mengembangkan sektor real estate untuk pertumbuhan.
Hubungan dengan Amerika lebih stabil, seperti yang dibuktikan melalui panggilan telepon antara Xi dan Presiden Joe Biden minggu ini. Namun mereka tetap rapuh.
Para pejabat Tiongkok yakin bahwa Amerika akan membatasi lebih banyak impor Tiongkok dan menghukum lebih banyak perusahaan Tiongkok, siapa pun yang memenangkan Gedung Putih pada bulan November.(**/AM-29).