TEMPO.CO, Jakarta – Pada acara puncak Dies ke-69 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM), akademisi merasa Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar yang dikenal sebagai polikrisis, di mana berbagai masalah seperti kemerosotan nilai-nilai demokrasi, disrupsi digital, krisis lingkungan, dan penurunan kesejahteraan ekonomi masyarakat muncul secara bersamaan.
Dalam situasi ini, akademisi di perguruan tinggi diharapkan dapat berperan aktif dalam membantu menyelesaikan polikrisis ini, terutama dengan menanamkan kembali nilai-nilai demokrasi yang mulai memudar di Indonesia.
Dilansir dari Tempo.co, Prof Suharko Guru Besar Sosiologi dari Fisipol UGM, dalam pidato ilmiahnya yang berjudul Urgensi Menavigasi Prakarsa-Prakarsa Universitas dalam Merespons Polikrisis dan Mempromosikan Demokrasi Inklusif, menekankan bahwa salah satu tugas penting akademisi saat ini adalah merangkul kembali demokrasi di berbagai sektor kehidupan.
Demokratisasi, menurutnya, berarti mengurangi konsentrasi kekuasaan dan memberikan individu kebebasan untuk menentukan nasib mereka sendiri. Suharko menegaskan bahwa universitas memiliki peran penting dalam merespons situasi ini, karena kampus merupakan ruang intelektual yang dapat mendorong inisiatif-inisiatif demokratis yang inklusif.