Perusahan ini juga bekerja sama dengan PAVO Group dari Turki dalam menyediakan sistem intelijen canggih untuk TNI di berbagai matra, mencakup data fusion, pengawasan, pengamanan komunikasi, dan infrastruktur pendukung pengambilan keputusan.
Kemudian, Republikorp juga bekerja sama dengan perusahaan Prancis SECAMIC dalam pengembanganan layanan Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) yang mencakup sejumlah pesawat sipil dan militer di Indonesia.
Bagaimana kekuatan militer udara Indonesia?
Pengamat militer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, Muhamad Aripin, mengatakan bahwa pembelian pesawat tempur KAAN memang dibutuhkan karena jumlah dan kekuatan armada udara Indonesia masih jauh dari ideal.
Hal itu, kata Aripin, bisa dilihat jika dilakukan simulasi operasi tempur. Misalnya, terjadi gangguan serentak di wilayah alur laut kepulauan Indonesia (ALKI).
“Idealnya kan AU dan AL kita bisa merespon serentak juga simultan saat ada ancaman. Tapi dalam kenyataannya itu tak demikian. Yang bisa dikerahkan itu, hanya yang ada di Jawa atau Sumatra.
Sedangkan untuk ALKI lainnya tidak begitu. Jadi ada ketimpangan kekuatan di antara struktur yang kita bangun sendiri,” kata Aripin.
Selain ketersediaan dan keefektifan yang masih tidak ideal, kata Aripin, kekuatan dan teknologi jet tempur Indonesia pun masih terbatas. Tulang punggung kekuatan udara Indonesia bertumpu pada jet-jet tempur generasi empat dan sebelumnya.