Perwakilan Konumintas One Piece Kolektor Indonesia (Kopki) Surabaya Rio Nafta mengatakan pengibaran bendera dari serial anime tersebut hanyalah aksi simbolis bentuk kekecewaan masyarakat. Aksi tersebut, lanjutnya, buknlah ajakan pemberontakan. “Sebenarnya itu hanya simbolis, bentu kekecewaan masyarakat terhadap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah,” ungkapnya dalam pesan singkat saat dihubungi Tempo, Minggu, 3 Agustus 2025.
Akademis sosilog Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun menyampaikan, pengibaran bendera One Piece yang dilakukan sejumlah warga seharusnya tidak perlu direspons berlebihan oleh pemeritanh. Apalagi jika dimaknai sebagai upaya untuk makar dan sebagainya.
“Tapi makna secara sosiologi politik, bahwa setiap tanda yang muncul masif di arena publik, termasuk di media sosial, adalah simbol ekspresi warga negara untuk menyampaikan sesuatu,” tuturnya kepada Tempo, Ahad, 3 Agustus 2025.
Ubedilah melanjutkan, pengibaran bendera One Piece merupakan bentuk ekspresi politik dan sosial, khususnya bagi generasi muda. Ia menambahkan, anak muda cenderung menggunakan simbol budaya populer untuk menyuarakan keresahan mereka. Selama lima tahun terakhir, hampir semua kritik dan aspirasi terhadap pemerintah diwujudkan lewat simbol tertentu, seperti Garuda biru saat aksi Indonesia Darurat dan Garuda hitam saat aksi Indonesia Gelap. Menurut Ubedilah, simbol-simbol ini mencerminkan kritik dan perlawanan masyarakat kepada pemerintah.