Pendukung Pezeshkian, seorang ahli bedah jantung dan anggota parlemen lama, turun ke jalan di Teheran dan kota-kota lain sebelum fajar untuk merayakan kemenangannya atas Jalili, mantan perunding nuklir garis keras. Pezeshkian kemudian melakukan perjalanan ke makam mendiang Ayatollah Agung Ruhollah Khomeini, pemimpin Revolusi Islam 1979, dan berbicara kepada wartawan dalam peristiwa yang kacau balau.
“Dalam pemilu kali ini, saya tidak memberikan janji palsu. Saya tidak berbohong,” kata Pezeshkian. “Bertahun-tahun setelah revolusi kita naik ke podium, kita membuat janji-janji dan gagal memenuhinya. Ini adalah masalah terbesar yang kami hadapi.” Kemenangan Pezeshkian masih menempatkan Iran pada saat yang sulit, dengan ketegangan yang tinggi di Timur Tengah dan pemilu yang semakin dekat di Amerika Serikat yang dapat membahayakan peluang perdamaian antara Teheran dan Washington.
Melansir AP, kemenangan Pezeshkian juga bukan merupakan kemenangan bagi Jalili, yang berarti dia harus hati-hati menavigasi politik internal Iran karena dokter tersebut tidak pernah memegang jabatan keamanan tingkat tinggi yang sensitif.
Pejabat pemerintah hingga Khameni, pemimpin tertinggi, memperkirakan jumlah pemilih akan lebih tinggi ketika pemungutan suara sedang berlangsung, dan televisi pemerintah menayangkan gambar antrean sederhana di beberapa tempat pemungutan suara. Namun, video online menunjukkan beberapa tempat pemungutan suara kosong, sementara survei terhadap beberapa lusin tempat di Teheran menunjukkan lalu lintas sepi dan penjagaan keamanan ketat di jalan-jalan.