“Workforce planning berupa hasil riset yang berisi identifikasi kebutuhan tenaga kerja, jenis keahlian dan program studi vokasi pendukung yang relevan untuk pembangunan daerah; dan innovation planning berupa rencana inovasi berbasis keunggulan daerah yang terintegrasi dengan kebutuhan pengembangan kawasan industri dan/atau agenda pembangunan daerah,” tukasnya.
Untuk mewujudkan program strategis dan target objektif tersebut menurut Mairuhu, dibutuhkan proses perencanaan kebijakan masa depan yang holistik dan inovatif dengan mengunakan metodologi sekaligus tools futures studies yang memadai.
Selain itu kata Mairuhu, aspek dinamis dan saling keterkaitan antar aspek: sosial, teknologi, ekonomi, ekologi, politik, dan value atau nilai.
Mairuhu juga mengatakan, secara empiris tantangan utama dari kemitraan DUDI adalah ketidakselarasan antara pendidikan vokasi dengan agenda ekonomi, potensi SDA dan potensi SDM daerah serta desentralisasi yang belum terlaksana secara optimal menjadi akar masalahnya.
Guna menjawab tantangan ini diperlukan identifikasi secara mendalam mengenai kemitraan dan penyelarasan yang relevan guna mewujudkan penguatan ekosistem kemitraan untuk pengembangan inovasi berbasis potensi daerah,” tugasnya.