Scroll untuk baca artikel
Link Banner
Link Banner
BeritaNasionalPemerintahanUtama

Permintaan Luhut agar demokrasi tidak merusak ‘budaya santun’ dipertanyakan pengamat – ‘Demokrasi memang berisik, kalau tidak itu otoriter’

43
×

Permintaan Luhut agar demokrasi tidak merusak ‘budaya santun’ dipertanyakan pengamat – ‘Demokrasi memang berisik, kalau tidak itu otoriter’

Sebarkan artikel ini
Presiden Prabowo Subianto (kiri) dan mantan Presiden Joko Widodo saat menghadiri peluncuran proyek Danantara, di Jakarta, 24 Februari 2025.

“Namun alangkah baik bila sopan santun sendiri ditunjukkan oleh para pejabat publik. Sebagai contoh, misalnya ungkapan ‘Ndas-mu’, komentar kepala babi ‘dimasak saja’, dan sebagainya. [Semua ini] belum mencerminkan hal tersebut.”

Silvanus merujuk ke pernyataan Prabowo Subianto dalam pidato politiknya di perayaan Hari Ulang Tahun ke-17 Gerindra di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, pada 15 Februari 2025.

Saat itu, Prabowo lebih dari sekali menyindir mereka yang mengkritiknya dengan sebutan “ndasmu” yang berarti “kepalamu” dalam bahasa Indonesia. Ucapan ini disampaikan Prabowo dengan mimik mengejek dan disambar tawa sebagian peserta yang hadir kala itu.

Adapun komentar “dimasak saja” merujuk ke pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Presiden, Hasan Nasbi, tentang kepala babi yang dikirim ke redaksi Tempo. Pada 22 Maret 2025, seperti dilansir Kompas.com, Hasan menegaskan pernyataannya bukanlah bentuk mengecilkan kebebasan pers, melainkan justru mengecilkan pihak peneror.

Baca Juga  Swiss-Belhotel Ambon, Sukses Gelar Fun Run Ke-4

Terpisah, Guru Besar di Departemen Politik Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, Amalinda Savirani, mengatakan gaya “sopan santun” yang dimaksud penguasa justru menghilangkan pesan utama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *