Terangnya, Keturunan Tionghoa, non Muslim pula, (double minoritas) tetapi mampu berkolaborasi bahkan menyatu dengan masyarakat Maluku Utara yang mayoritas Muslim. Ini merupakan entry point bukankah sudah waktunya hal ini dijadikan contoh bagi Indonesia tercinta sudah waktunya segala macam primodialisme ditinggalkan.
Mampu berkampanye tegasnya, meskipun masih memakai kursi roda dan tongkat. (Perempuan “bisa karena biasa” tantangan apapun di lakoni kalau sudah punya mau)
Lebih lanjut sebut Sahusilawane, Perempuan yang lahir di Ambon ini, cerdas menggunakan sosmed dan endorse dengan artis papan atas seperti Ashanty, Anang, Atta Halilintar, Aurel Hermansyah yang merupakan para sahabat dan sekian banyak artis daerah serta dukungan dari tim suksesnya yang bekerja keras dan never give up
Prof Sahusilawane memaparkan, anak – anaknya yang begitu mencintai sang ibu, blusukan dari pasar berbecek, ngobrol dengan para pedagang, nelayan, petani, sampai dengan di rumah sakit menemui pasien kanker servix, dilain pihak posisinya masih harus digendong oleh sang anak, dan masih tertatih – tatih memakai penyangga kaki.
“Head to Head kecerdasan ibu Sherly sangat mumpuni, ada catatan kecil yang saya suka dari ibu Sherly “saya siap kalah dan saya juga siap menang” … Wow elegan banget,” sebutnya..