Para demonstran menilai sistem tersebut diskriminatif dan menguntungkan pendukung partai Liga Awami yang dipimpin oleh Perdana Menteri Hasina. Mereka pun mendesak agar sistem kuota digantikan dengan sistem berbasis prestasi.
Sistem kuota pegawai negeri itu telah ditetapkan pada 1972. Kemudian pada 2018 sistem tersebut sempat dihapus, namun kini diberlakukan kembali. Walhasil, para kritikus menganggapnya tidak adil dan menguntungkan pendukung Liga Awami karena membatasi kesempatan bagi kandidat lain yang memenuhi syarat.
Protes ini kemudian berkembang melampaui isu kuota PNS. Selain mahasiswa, berbagai elemen masyarakat turut bergabung, termasuk bintang film, musisi, dan bahkan produsen garmen. Lagu-lagu rap dan kampanye media sosial memperkuat seruan agar Hasina mengundurkan diri.
Protes tersebut juga berubah menjadi kekerasan yang menuntut pengunduran diri Hasina. Perdana Menteri Hasina, yang memimpin sejak 2009, dituduh memperkuat kekuasaan melalui lembaga negara dan menekan perbedaan pendapat.
Hasina mundur dan Kabur ke India
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina akhirnya mengundurkan diri pada Senin, 5 Agustus 2024, dan meninggalkan Ganabhaban, kediaman resminya yang megah.
Menurut laporan media, wanita berusia 76 tahun tersebut diterbangkan dengan helikopter militer bersama saudara perempuannya menuju India. CNN News 18 melaporkan bahwa Hasina telah mendarat di Agartala, ibu kota negara bagian Tripura di timur laut India, setelah melintasi perbatasan timur Bangladesh.