Pernyataan Fadli bahwa pemerkosaan massal adalah rumor di tengah proyek penulisan ulang sejarah memiliki makna dan implikasi yang sangat serius. Pertama, penyangkalan trauma kolektif. Ini adalah upaya sistematis untuk menghapus memori kolektif suatu bangsa, memaksa mereka menelan kepahitan kebohongan demi narasi “positif” yang semu.
Kedua, melanggengkan impunitas: dengan menyangkal kejahatan, negara secara efektif memberikan impunitas kepada pelaku kejahatan seksual dan menciptakan preseden bahwa kekerasan seksual dapat terjadi tanpa konsekuensi hukum.
Ketiga, membungkam keadilan. Para penyintas kejahatan seksual dan pendamping korban tak punya kesempatan memperoleh keadilan. Penyangkalan kebenaran adalah bentuk kekerasan berulang.
Karena itu, ketika ada menteri yang mempertanyakan bukti pemerkosaan massal dan menyebut peristiwa itu sebagai rumor, ia sedang membuka kembali luka yang belum sembuh.
Ia sesungguhnya sedang menghina para korban demi proyek manipulasi sejarah. Sejarah, kendati pahit dan menyakitkan sekalipun, mesti ditulis dengan kejujuran. Pengakuan terhadap kebenaran itu adalah salah satu cara menyembuhkan luka masa lalu dan memastikan kejahatan serupa tak akan terulang di masa depan. ***