Lebih jauh Alphin menceritakan juga berbagai kesulitan yang dialami di daerah pedesaan dan pulau-pulau kecil, sumber energinya sulit ditambah dengan kesulitan kebutuhan listrik yang hanya menyala atau beroperasi selama 12 jam.
Karenanya dia mengajak para kepala sekolah dan stakeholder lainnya untuk saling support karena Politeknik tidak bisa bergerak sendiri.
Di situ makanya Alphin mengaku butuh yang namanya janur kuning untuk bisa memberikan masukan untuk bermitra seperti apa yang kita harus lakukan dalam kapasitas kita masing-masing ada media ada pemerintah daerah ada yang lain-lain yang dapat bisa bekerja sama dalam percepatan pembangunan Maluku.
Ada pula inovasi berbasis potensi daerah, ini inovasi yang dimungkinkan untuk anak-anak Politeknik Negeri Ambon untuk mengerjakannya atau kalaupun mereka selesai mereka boleh berusaha kemudian berwirausaha di bidang-bidang ini untuk mensupport yang tidak ada tadi.
Dirinya mencontohkan lemari pemasangan terintegrasi dengan sumber panas PLTS. Banyak orang berjuang karena ikan asar itu salah satunya tetapi mereka masih pakai yang dulu-dulu yang masih buka sumber energi yang Kemudian kalau kita masak ikan asap tuna.
Misalnya ditandaskan, layanan administrasi di desa Morella, waktu itu kami buat dengan kebutuhan bahwa haruskah kita harus pergi ke Morella untuk menyusun surat. Padahal kita di Ambon harusnya itu tidak perlu cukup dengan digitalisasi Kepala Desanya ada dimana saja bisa melakukan tandatangan.