“Jadi kalau memang langkah ini nanti merupakan upaya untuk mereteritorialisasi, menciptakan sesuatu kekuatan yang kuat dan terpusat di atas, maka langkah ini tentu tidak mengherankan,” tambah Efatha.
Lebih lanjut, besarnya KIM yang mengusung Prabowo-Gibran, membuat distribusi kekuasaan ini penting untuk menjaga dan menjaring loyalitas, kata Efatha, agar koalisi yang telah terbangun tetap dalam kondisi yang prima. Meskipun demikian, ia menekankan pentingnya keselarasan dalam kabinet nanti.
“Maka saya melihat harus ada upaya ya untuk membangun satu pemerintahan yang benar-benar bisa mencapai pemerintahan yang berfokus pada prioritas dan upaya efisiensi, kalau misalkan tidak ada keselarasan, maka ini akan dianggap sebagai praktek sesajen politik saja, bahwa harus ada-lah yang diberikan,” ujar dia.
Adapun dia juga mewanti-wanti gemuknya komposisi kementerian ini tidak serta merta membuat kordinasi antar kementerian tidak tumpan tindih dan tidak maksimal.
“Harapan saya tidak terjadi hal yang sama dengan eranya presiden Joko Widodo, yang mana dari sekian menteri yang ada, yang ditunjuk juga tidak lepas dari menteri-menteri yang dipercayai saja oleh Pak Jokowi,” demikian Efatha ihwal kabinet Prabowo yang gemuk.***