Kedua, adanya hubungan spiritual antara Israel atau “tanah suci” dengan Papua. “Wacana kedua lebih berfokus pada hubungan spiritual yang dibangun melalui agama Kristen dan pembacaan teks-teks Alkitab di mana Tanah Suci itu sendiri, bersama dengan simbol-simbol Yahudi-Kristen, mengambil tempat sentral,” kata Henri.
Alasan ketiga adalah Israel atau “tanah suci” yang mereka pandang sebagai metafora untuk Tanah Papua, atau bahkan menyatu dengannya. Meskipun Israel tampak menonjol di Papua, Henri mengatakan negara Israel sebenarnya tidak menunjukkan minat apa pun dalam isu yang terjadi di Papua.
“Oleh karena itu, ‘hubungan khusus’ bagi saya tampaknya merupakan urusan yang berjalan satu arah,” kata Henri. Penelitian Henri muncul saat dirinya mengunjungi Papua pada 2009. Saat itu terjadi serangan Israel di Jalur Gaza dalam operasi militer yang dikenal ‘Cast Lead‘.
Dalam kunjungan itu, dia melihat banyaknya penggunaan atribut Israel, seperti grafiti Bintang Daud di jalanan Jayapura, penduduk asli Papua mengenakan kaus pro-Israel, dan fungsionaris jemaat Kristen menggunakan simbol-simbol Israel dan Yahudi di laptop dan telepon pintar mereka.
Bertahun-tahun kemudian, Henri kembali mengunjungi Papua dan melihat semakin banyak atribut Israel yang dilukis di etalase toko, stiker di mobil dan sepeda motor, hingga pajangan di pertandingan sepak bola tim lokal Persipura.