Setiap tahun, gerakan ini menyelenggarakan festival perayaan Sion pada 14 Mei, sama dengan hari berdirinya negara Israel. “Jadi kami tidak pro-Palestina, tidak pro-Israel. Kami properdamaian. Lalu, bagaimana perdamaian terjadi? Ketika Israel bertobat,” katanya. “Tidak ada bangsa manapun di dunia yang bisa beri nasihat kepada Israel untuk bertobat kecuali hanya Tuhan,” klaim Marthen.
“Makanya kami berkumpul dari tiap-tiap kota di Papua untuk mulai berdoa bersama,” ujarnya.
Sion Kids memiliki 126 kelompok doa, dengan 8.000 anggota, kata Marthen. Salah satu acara terbaru yang dilakukan Zion Kids adalah kegiatan Leadership Conference – Internasional Sion Kids Movement (LC-ISKIM) 2024, pada Rabu (12/06) di Manokwari.
Ketua panitia acara itu, Jacobus Ayomi, menyebut Sion Kids “bertujuan menguatkan iman umat berdasarkan perjanjian Tuhan yang kekal dengan Yerusalem, Israel”. Acara itu dihadiri oleh beberapa pejabat pemerintah daerah.
Jejak kekristenan di Papua dan ‘relasinya’ dengan Israel
Bangunan gereja di Manokwari yang didirikan sekitar tahun 1855. Teolog Papua, Pendeta Benny Giay mengatakan, agama Kristen Protestan masuk ke Tanah Papua pada 5 Februari 1855.
Misionaris asal Jerman, Carl Wilhelm Ottouw dan Johann Gottlob Geissler, mendarat di Pulau Mansinam, Teluk Doreh (sekarang Manokwari). Dari sana, mereka menyebarkan injil ke berbagai wilayah di Tanah Papua.