Dialog tersebut mengidentifikasi beberapa akar permasalahan, di antaranya: ketimpangan struktural akibat dominasi ekonomi dan politik; peminggiran nilai-nilai adat yang kerap dimanfaatkan untuk kepentingan politik; serta permasalahan spiritualitas yang tercermin dalam konflik sosial antar masyarakat.
“Konflik terjadi karena saudara dianggap musuh. Ini menunjukkan adanya problem struktural, kultural, dan spiritual yang harus segera diatasi,” tegas Barends.
Dialog ini diharapkan dapat menjadi titik awal untuk merumuskan solusi komprehensif dalam mengatasi ketimpangan dan membangun Maluku yang lebih adil dan sejahtera. (AM-18)