“Masyarakat selalu waspada, dalam setiap kejadian gempa bumi untuk menginformasikan retakan maupun kerusakan dan melaporkan ke BPBD setempat,” kata Wafid.
Dampak dari gempa bumi ini juga dirasakan di wilayah Jailolo (Halmahera) dan Ternate, yang dibangun oleh produk gunungapi kuarter, termasuk gunungapi aktif Gunung Gamalama dan hasil rombakannya (sedimen kuarter).
Dengan kondisi geologi yang ada itulah, maka berdasarkan parameter peta Vs 30, kawasan Halmahera Utara, termasuk Ternate dan Jailolo, tergolong dalam Kelas Tanah Lunak (Kelas E), sedangkan Manado dan Bitung, yang merupakan bagian dari lengan utara Pulau Sulawesi, didominasi oleh Kelas Tanah Sedang (Kelas D).
“Karakter batuan vulkanik, terutama produk piroklastik dan lahar serta alluvium, secara fisik memiliki sifat lunak, lepas, dan tidak terkonsolidasi dengan baik, yang dapat memperkuat efek guncangan, sehingga meningkatkan risiko guncangan gempa bumi,” jelas Wafid.
Dia juga menekankan bahwa Kawasan Pegunungan Mayu adalah daerah dengan tingkat kejadian gempa bumi yang tinggi dan berpotensi menjadi sumber tsunami.
Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh gempa bumi, disarankan agar bangunan di daerah tersebut dirancang dengan konstruksi tahan gempa. Selain itu, penting untuk menata kawasan pantai sesuai dengan peta kawasan rawan bencana (KRB) tsunami, serta dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi. “Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi,” ungkap Wafid.