AMBON, arikamedia.id – Masyarakat Maluku dinilai masih rentan terhadap konflik artinya peristiwa seperti itu belum diverifikasi kemudian menimbulkan korban. Ini artinya kita belum selesai dengan konflik masih rentan, masih membekas dan oleh karena itu, trauma konflik itu masih ada.
Sehingga peristiwa kecil apapun dia akan menimbulkan reaksi dan oleh karena itu kemudian kita harus membangun ketahanan masyarakat yang kuat, ketahanan masyarakat ini harus kita bangun.
Selain soal ketahanan masyarakat, cara kita untuk menyembuhkan trauma ini juga harus kita bangun karena peristiwa semacam ini belum selesai, dalam arti traumanya itu masih tetap ada.
Tokoh Agama Maluku Prof John Ruhulessyn mengatakan, karena itu. penyembuhan terhadap trauma konflik harus terus kita bangun.
“Semua stakeholder terpanggil untuk menyembuhkan trauma itu karena kalau tidak ada peristiwa kecil pun kita akan melihat korban kekerasan akan terjadi itu yang pertama yang mau saya bilang yang kedua, saya rasa peristiwa ini terjadi di kalangan siswa bagaimana sebetulnya peran institusi pendidikan untuk proses-proses membangun damai proses membangun harmoni itu harus dibangun juga kalau kita lihat ada kan ada bawa alat tajam siswa bisa datang di sekolah dengan alat tajam itu artinya apa kita perlu sweeping kita perlu melakukan sweeping terhadap siswa-siswa kita akibatnya anak-anak bisa membawa alat tajam padahal sebetulnya perkalian itu biasa saja kalau misalnya mereka membawa alat tajam di sekolah segala kemungkinan bisa terjadi naik artinya pimpinan sekolah dan para guru harus mesti waspada terhadap situasi semacam ini kalau anak-anak sekolah dibiarkan masuk di sekolah dengan alat tajam berarti itu ancaman dan ada peristiwa kecil apapun perkelahian kecil apapun tetap membawa alat tajam,” ujarnya.